Bab III
Perjanjian Allah dengan Manusia
1. Budaya Maju Tapi Moral Merosot
Budaya keagamaan dan budaya pekerjaan terlihat, di tengah-tengah kemajuan itu pula manusia tidak dapat melepaskan diri dari dosa dan kejahatan. Kisah ini berawal dari kisah “Kain dan Habel” (Kitab Kejadian 4:1-16). Pada saat Habel mempersembahkan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya maka Tuhan menerima persembahan itu, namun Tuhan tidak menerima persembahan Kain. Maka marahlah Kain ! Lalu Kain mengajak adiknya itu ke padang, dan sesampainya mereka di padang dipukullah Habel dan membunuhnya. Padahal sebelumnya Tuhan telah memperingatkan Kain, lalu Tuhan marah dan mengutuk Kain.
Melalui kisah “Lamekh” pun kita juga dapat melihat kemajuan-kemajuan yang berhasil dicapai oleh manusia. Namun, kehidupan moral makin merosot. Kisah ini berawal dari perkawinan poligami yang dilakukan Lamekh. Dia mempunyai 2 istri yang bernama “Ada dan Zila”. Dari Ada, dia mempunyai keturunan yang bernama Yabal dan Yubal. Sedangkan dari Zila, Lamekh mempunyai 2 keturunan yang bernama Tubal-Kain dan Naama. Tubal-Kain seorang penempa perkakas tembaga dan besi, antara lain untuk membuat senjata. Selain itu, Lamekh juga adalah orang yang nafsu akan membalas dendam. Dengan adanya nafsu membalas dendam tersebut dia menggunakan senjata yang ditempa oleh anaknya, Tubal-Kain. Dia membunuh seorang laki-laki dan seorang pemuda oleh karena pemuda itu hanya melukai dan memukul Lamekh hingga bengkak.
Melalui kisah “Lamekh” ini kita dapat melihat bahwa manusia berhasil mencapai kemajuan teknologi untuk membuat perkakas dan senjata, namun sayangnya alat-alat teknologi itu dipakai untuk melakukan kejahatan.
Sikap umat manusia makin disesalkan Tuhan dan memilukan hati-Nya. Jadi, proses kemerosotan moral manusia sehingga manusia lebih suka melakukan hal-hal yang jahat bagi Tuhan. Karena proses kemerosotan moral dan karena kejahatan manusia makin bertambah besar, Tuhan pun mulai mempersiapkan rencana yaitu menghapus manusia dari hadapan-Nya. Maksudnya, Tuhan akan memusnahkan semua manusia, maupun hewan ternak dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara. Namun, Tuhan masih berbaik hati Ia hanya menghukum manusia yaitu didatangkanlah oleh-Nya “Air Bah”.
2. Perjanjian Allah dengan Nuh
Allah mengaruniakan kasih karunia-Nya kepada Nuh, sebab Nuh adalah seorang yang benar dan tidak tercela. Iman Nuh terletak di tengah-tengah ateisme, moralitas di tengah-tengah imoralita. Kehidupan susila di tengah-tengah kehidupan asusila, hati yang lurus hidup di tengah-tengah hati yang bengkok. Kebijaksanaan di tengah-tengah kekerdilan di tengah-tengah pelanggaran hak asasi manusia dan sebagainya. Tuhan menyuruh Nuh untuk membuat bahtera dari kayu Gofir, karena Tuhan akan mengakhiri hidup segala makhluk di bumi.
Ukuran bahtera Nuh panjangnya 300 hasta, lebarnya 50 hasta dan tingginya 30 hasta. Jika satuannya diganti ke dalam meter, panjangnya mencapai 150 meter dan lebar 25 meter serta tingginya 15 meter. Nuh juga harus diusahakan mengumpulkan makanan, sebab Allah akan menurunkan hujan (air bah) ke bumi selama 40 hari 40 malam.
Di tengah-tengah pemusnahan semesta itu, Allah tetap mengingat Nuh dan keluarganya serta makhluk hidup dari dalam bahtera. Kesetiaan Allah dalam memenuhi perjanjianNya sering diungkapkan sebagai perbuatan mengingat. Maka Allah membuat angin menghembus melalui bumi sehingga air bah menjadi surut.
Ketika bumi telah kering, Allah memerintahkan Nuh supaya keluar dari bahtera tersebut. Nuh mengungkapkan sikap syukurnya dengan mendirikan mezbah bagi Tuhan Allah dan persembahan korban dari segala binatang yang tidak haram sebagai pengungkapan perdamaian antara Allah dengan manusia. Allah melakukan perjanjian kepada seluruh makhluk di bumi. Melalui perjanjian itu, Allah memberi jaminan perlindungan kepada manusia. Dan melalui itu, Allah mengangkat diriNya sebagai pelindung dunia. Segala kehidupan berada di bawah tata tertib pemerintahan Allah.
3. Perjanjian Allah dengan Abraham
Dari Abram, Nahor dan Haran hanya Abram yang mempunyai tempat dan peranan yang menentukan sejarah keselamatan oleh Allah. Allah mengutus Abram untuk pergi dari negerinya dan pergi ke negeri yang ditunjukkan Allah. Maksudnya panggilan Allah tersebut adalah untuk menguduskan atau mengasingkan Abraham untuk menjadi orang pilihan Allah. Di samping panggilan untuk pergi meninggalkan negeri asal keluarganya, Abram memperoleh janji berkat dari Allah. Isi janji berkat itu adalah :
1. Allah akan membuat Abram menjadi bangsa yang besar.
2. Allah akan membuat Abram dan namanya menjadi masyhur.
3. Abram akan menjadi berkat.
4. Melalui Abram segala kaum di muka bumi akan mendapat berkat.
Secara khusus perjanjian Allah tersebut diwujudkan dalam suatu tanda perjanjian. Tanda itu adalah dengan sunat dan ini turun-temurun khusus untuk laki-laki. Upacara sunat dalam perjanjian Allah adalah sebagai sumpah dan pengakuan terhadap ke-Tuhanan Allah serta sebagai tanda pengudusan atau meterai kebenaran berdasarkan iman. Pada saat perjanjian sunat itu, Allah mengganti nama Abram menjadi Abraham.
Namun, bagi Abraham terdapat kendala (hambatan) untuk mewujudkan janji Allah menjadi “Bapa orang banyak” karena istrinya (Sara) sebenarnya mandul. Abraham memohon kepada Allah agar dia dapat memperoleh keturunan. Waktu itu, Sara menyuruh Abraham untuk mengambil “Hagar” seorang budak menjadi istri keduanya. Dari Hagar, Abraham memperoleh anak laki-laki yang bernama “ISMAEL”. Janji Allah terwujud ketika Abraham berumur 100 tahun. Dia mendapatkan anak laki-laki dari Sara yang dinamai “ISHAK”. Padahal secara biologis seharusnya Sara tidak bisa mempunyai anak karena pada waktu itu dia sudah mati haid. Namun karena kasih karunia Allah akhirnya dia mendapatkan keturunan juga.
Walaupun Ishak adalah anak perjanjian, Allah menyuruh Abraham untuk mengorbankan anaknya yang tunggal itu, yaitu membunuhnya sebagai persembahan di atas sebuah mezbah. Padahal dengan Ishak Allah akan merencanakan keselamatanNya. Dan akhirnya Abraham menunjukkan ketaatannya dan mau menyembelih anak tunggalnya tersebut. Namun Allah berkata lain, Allah berseru dari langit dan mencegah Abraham untuk membunuh anaknya dan menggantinya dengan seekor domba sebagai korban bakaran pengganti anaknya. Karena Allah sudah mengetahui bahwa Abraham takut akan Allah. Persembahan itu dinamakan YAHWEH YIREH yang berarti Tuhan menyediakan. Dan dijelaskan bahwa Abraham hidup dalam ketaatan Allah.
4. Perjanjian Allah dengan Israel
Karena orang Israel ditindas oleh-oleh raja-raja Mesir, mereka berseru kepada Allah agar mereka dibebaskan. Dan Tuhan Allah memperdulikan penderitaan mereka dan menyiapkan rencana penyelamatanNya. Untuk penyelamatanNya, Tuhan memanggil Musa di Gunung Horeb. Musa melihat penampakan Allah yang ditandai dengan terbakarnya semak berduri yang tidak hangus-hangus.
Dari tindakan Allah yang menyelamatkan orang Israel dari perbudakan di Mesir, orang Israel mengetahui makna EHYEH ASYE EHYEH yaitu makna iman kepada Tuhan Allah. Sebab itu peristiwa Keluaran (Exodus) dari Mesir bagi orang-orang Israel menjadi pokok dan dasar puji-pujian syukur. Mereka selalu mengingatnya setiap merayakan hari raya PASKAH. Mereka telah menjadi orang-orang yang merdeka di dalam Tuhan.
Hubungan Allah dengan umat Israel ini diperteguh dalam perjanjian. Sebab itu, seluruh hukum dan perintah Allah yang terangkum dalam sepuluh firman Allah. Sebab konteks dari sepuluh firman Allah adalah pada tindakan Allah yang membebaskan. Adapun sepuluh firman Allah yang ditetapkan di Gunung Sinai :
1. Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu.
2. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang di dalam air bawah bumi. Jangan sujud menyembah padanya atau beribadah kepadanya. Sebab Aku Tuhan Allahmu adalah Allah yang cemburu.
3. Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan.
4. Ingatlah dan kuduskanlah hari sabat.
5. Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allah kepadamu.
6. Jangan membunuh.
7. Jangan berzinah.
8. Jangan mencuri.
9. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
10. Jangan mengingini rumah sesamamu, jangan mengingini istrinya, atau hamba laki-lakinya, atau hambanya perempuan atau lembunya atau keledainya ataupun yang dipunyai sesamamu.
5. Makna Hidup dalam Perjanjian
Hubungan perjanjian menolak adanya sifat menguasai dan dikuasai. Sebab hubungannya yang bersifat menguasai dan dikuasai menunjukkan sikap yang saling menindas. Hubungan perjanjian juga menolak pandangan manusia dapat melebur menjadi satu dengan Allah. Sebab pengertian perjanjian merupakan hubungan antara subyek dengan subyek yaitu Antara Allah dengan manusia.
“Kenapa ada perjanjian Allah dengan manusia ?
Jawabannya adalah karena dosa.
Dosa menjadi jurang pemisah antara manusia dengan Allah. Dan Allah yang Maha Kudus, Maha Suci, Maha Mulia, Maha Kuasa mau mengadakan perjanjian dengan manusia yang tinggal di dunia ini dengan keadaan yang sudah tidak suci, tidak kudus dan tidak mulia oleh karena dosanya. Perjanjian itu ada supaya manusia memperoleh keselamatan dan merasakan kasih yang sesungguhnya. Dalam Kristen sendiri tanda perjanjiannya adalah Baptis.”
Hubungan perjanjian Allah dan manusia Alkitab berkaitan dengan “Spiritualitas Kehidupan”. Spiritulitas Kehidupan sebagai umat Allah yang hidup dalam perjanjian dengan Allah adalah :
a. Kehidupan kita merupakan dalam persekutuan dengan Allah.
b. Arah hidup kita secara mutlak tertuju pada sikap yang memuliakan Allah dan menghormati kekudusanNya.
c. Sebagai orang yang hidup dalam perjanjian Allah, kita adalah orang-orang yang merdeka (bebas).
d. Dalam setiap hal kita percaya akan pimpinan Allah.
e. Langkah kehidupan kita bukan sebagai usaha yang memaksakan segala kehendak dan kemauan kita.
f. Hidup dalam janji-janji Allah, berarti kita dipanggil untuk membuat langkah-langkah dan tindakan iman.
g. Hidup dalam janji-janji Allah menempatkan kita pada suatu perjuangan eksistensial yang terus-menerus.
h. Hambatan dan kegagalan tidak membuat kita menjadi patah semangat, kecil hati, kehilangan gairah, merasa sia-sia atau menyebabkan kita menjadi mundur dan tidak mau berjuang.
i. Janji-janji Allah mendorong kita untuk sabar.
j. Kita terpanggil untuk terus-menerus hidup dengan wawasan yang luas dan panjang.
k. Selama hidup kita dipakai untuk menjadi jembatan bagi keselamatan serta kesejahteraaan sesama.