Jumat, 14 Januari 2011

Allah Menciptakan Langit dan Bumi

  1. Pendahuluan


Menurut iman umat Israel, kisah penciptaan langit dan bumi seperti yang tertulis dalam Kitab Kejadian pasal 1 & 2 adalah sebagai tindakan awal Allah dalam membuat rencana keselamatan. Karena kisah penciptaan langit dan bumi merupakan latar belakang penciptaan Israel sebagai bangsa pilihan Allah. Sehingga kisah penciptaan langit dan bumi menjadi pujian dan rasa syukur kepada Tuhan Allah. Jadi, kisah penciptaan langit dan bumi bersifat ibadah. Tepatnya konteks ungkapan religius umat Israel dalam menghayati iman kepada YAHWEH (TUHAN).



  1. Isi

2. 1. Pandangan Fundamentalisme Terhadap Kisah Penciptaan

Kaum fundamentalisme memandang Alkitab sebagai dasar penjelasan ‘ilmiah’ tentang terjadinya langit, bumi dan alam semesta. Akibatnya terjadilah perbedaan antara pandangan kaum fundamentalis dengan hasil-hasil ilmu pengetahuan. Sehingga pandangan Alkitab seakan-akan tidak cocok dengan ilmu pengetahuan. Ketidakcocokan tersebut sebagai berikut :

  1. Menurut Kitab kejadian, bumi diciptakan selama 6 hari. Padahal menurut penelitian ilmiah terjadinya bumi membutuhkan waktu ratusan juta tahun.

  2. Menurut Alkitab dari sudut pandang kaum fundamentalis, bila dihitung dari Kitab Kejadian s/d Maleakhi umur bumi sekitar 4000 tahun. Padahal menurut ilmu pengetahuan umur bumi sudah ratusan juta tahun.

  3. Menurut Kitab Kejadian, bumi yang terjadi lebih dulu. Padahal menurut ilmu pengetahuan matahari yang terjadi lebih dulu.

  4. Menurut Mazmur 19 : 6-7, matahari yang mengelilingi bumi. Padahal ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa bumi yang mengelilingi matahari.

Terhadap ketidakcocokan tersebut, kaum fundamentalis bersikap menolak hasil-hasil ilmu pengetahuan, mereka yakin bahwa Alkitab sebagai firman Allah tidak mungkin salah dan berpendapat bahwa hasil-hasil ilmu pengetahuan yang salah. Mereka berusaha menyesuaikan hasil-hasil pengetahuan terhadap hasil tafsiran mereka. Spritualisme yang muncul akibat teologi fundamentalisme adalah :

    1. Kelompok ekstrim yang menolak seluruh hasil ilmu pengetahuan dengan doktrin Alkitab tidak mungkin salah.

    2. Kaum Liberalisme yang menolak Alkitab sebagai firman Allah sebab tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan.

    3. Kelompok Ambivalen (mendua) yang berpijak pada dua kutub (Alkitab dan Ilmu Pengetahuan). Mereka melakukan “penyesuaian-penyesuaian rasional” agar Alkitab ccocok dengan hasil ilmu pengetahuan.




2. 2. Sikap Kita

Dalam menafsirkan seluruh kesaksian Alkitab kita harus bersikap alkitabiah. Alkitabiah dalam arti kita harus menghormati Alkitab sebagai kitab yang bersifat religius yang memuat kumpulan kesaksian iman orang-orang percaya kepada TUHAN Allah. Jadi, kita tidak bisa menerima 3 bentuk spiritualitas yang muncul akibat teologi fundamentalisme. Sikap yang tepat adalah memisahkan dan menghargai tiap-tiap bidang “disiplin” Alkitab dengan ilmu pengetahuan. Jadi bidang kebenaran iman Alkitab tidak boleh dipakai untuk menilai kebenaran ilmu pengetahuan dan juga sebaliknya.

Sikap yang alkitabiah dalam menafsirkan kisah penciptaan langit dan bumi serta manusia adalah menempatkan Alkitab yang memiliki bidang disiplin yang khas dan unik itu sebagai kumpulan kitab yan berisi kesaksian iman. Karena Alkitab berisi kesaksian iman, Alkitab tidak bermaksud menjelaskan kisah penciptaan secara ilmiah.

2. 3. Makna Kisah Penciptaan

Makna kisah penciptaan langit, bumi serta manusia adalah mengajak kita untuk memahami makna iman kepada TUHAN Allah. Pemahaman sentral bahwa TUHAN ALLAH itu PENCIPTA langit dan bumi, terlihat jelas dalam Kejadian 1:1 yang menggunakan kata bara (Ibr.). Kata bara mempunyai arti menjadikan, menciptakan. Kata bara mengandung gagasan suatu tindakan yang kreatif, yang menunjuk pada suatu tindakan penciptaan dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Menurut kesaksian Alkitab, penciptaan Allah yang kreatif hanya melalui kuasa FIRMAN ALLAH saja.


2. 4. Segala Ciptaan Bukan untuk Disembah

Kitab Kejadian sebenarnya merupakan jawaban dan sikap penulis Kitab Kejadian yang mewakili kehidupan orang-orang beriman terhadap latar belakang kehidupan budaya dan pandangan hidup pada jaman itu. Konteks budaya pada jaman itu banyak dipengaruhi oleh pandangan kafir. Pandangan kafir saat itu mengilahkan kuasa-kuasa gelap yang dapat menyelamatkan mereka dari daya-daya perusak. Sementara menurut penulis Kitab Kejadian kuasa-kuasa gelap hanya ciptaan Allah yang dapat dikalahkan melalui kuasa FIRMANNYA. Jadi tujuan Kitab Kejadian adalah memberitahukan kemenangan TUHAN ALLAH atas segala kuasa gelap dan kuasa perusak. Selain itu orang-orang pada jaman Kitab Kejadian juga mengilahkan dan menyembah matahari dan bulan. Penulis Kitab Kejadian hanya menempatkan matahari dan bulan sebagai ciptaan Allah, sehingga Ia sengaja tidak menyebut nama “matahari dan bulan” ; cukup ditulis dengan : “benda penerang yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam”. Jadi yang berhak disembah dalam seluruh kehidupan hanya TUHAN ALLAH.


2. 5. Allah Menciptakan Manusia

Allah menciptakan manusia pada saat semua telah siap. Menurut Alkitab manusia dipilih dan diangkat oleh Allah sebagai pihak kedua. Tepatnya manusia dijadikan sebagai mitra Allah. Tujuannya adalah agar manusia dapat memancarkan kemuliaan dan keagungan TUHAN Allah dalam kehidupannya.

Menurut Kejadian 2:7 manusia diciptakan Allah dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup. Kata “debu tanah” berasal dari kata basar (Ibr.) yang berarti daging yang secara khusus menunjuk pada manusia dalam kefanaanya sehingga tidak memiliki hidup di dalam dirinya sendiri. Dan nafas hidup (nefesy) atau roh (ruakh) yang diberikan Allah membuat manusia dapat hidup. Artinya, dengan kuasa Roh Allah manusia dapat memiliki hidup yang baru. Jika Allah tidak campur tangan, manusia tak akan mungkin menciptakan kehidupan bagi dirinya sendiri. Jadi maksud Alkitab mengatakan bahwa manusia diciptakan dari debu tanah dan Allah menghembuskan nafas hidup adalah: walaupun manusia itu makhluk ciptaan yang fana, namun Allah menjadikan manusia sebagai makhluk yang memiliki keterarahan kepada Allah yang abadi.


2. 5. Manusia Tercipta Sebagai Laki-Laki dan Perempuan

Kitab Kejadian memaparkan penciptaan manusia sebagai manusia laki-laki dan manusia perempuan. Kisah penciptaan perempuan yang diambil dari tulang rusuk laki-laki bukan dimaksudkan sebagai informasi medis atau ilmu biologi, tetapi untuk mengungkapkan makna iman. Makna iman yang dimaksud adalah manusia laki-laki dan manusia perempuan berada dalam keterjalinan hubungan lahir dan batin, jasmani dan rohaniah. Sebab itu sikap iman yang benar adalah menghayati dan menempatkan hubungan pria dan wanita sebagai wujud anugerah Allah. Hubungan pria dan wanita merupakan persekutuan yang diberkati oleh Allah dan bernilai sakral secara teologis. Dan secara sosial merupakan keharusan, karena Kejadian 2:18 berkata: “tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja”.

Keadaan manusia sebagai pria dan wanita diberi sifat kodrat oleh Allah secara khusus dan unik. Kaum pria diciptakan Allah agar dapat berperan sebagai seorang bapak dan pria harus menjadi pribadi yang maskulin dalam relasinya dengan kaum wanita. Sedangkan kaum wanita diciptakan Allah agar dapat berperan sebagai seorang ibu dan wanita harus menjadi pribadi yang feminim dalam relasinya dengan kaum pria. Walaupun kodrat saling berbeda, namun diperlukan untuk saling melengkapi. Sebab pria dan wanita diciptakan Allah dalam kedudukan yang sederajat. Jadi jelas Alkitab membela “emansipasi” pria dan wanita. Tujuannya agar pria dan wanita dapat meyumbangkan peranannya masing-masing.


3. Kesimpulan


Kisah Penciptaan langit dan bumi ditulis sebagai ungkapan iman yang tidak bisa dikaitkan dengan ilmu pengetahuan yang hanya bisa ditafsir secara alkitabiah. Tujuan penulis Kitab Kejadian dalam memaparkan kisah penciptaan adalah agar manusia pada jamannya dan umat Allah menaruh iman dan harapan mereka sepenuhnya kepada Tuhan Allah. Karena Tuhan Allah telah menunjukkan kuasanya dengan kuasa FIRMAN-NYA dalam penciptaan langit dan bumi. Allah menciptakan manusia sebagai mitraNYA, baik laki-laki dan perempuan keduanya memiliki kedudukan yang setara.

Tidak ada komentar: